10 Gejala Pemanasan Global
Ada yang bilang pemanasan global itu hanya khayalan
parapecinta lingkungan. Ada yang bilang itu sudah takdir. Ilmuwan juga
masih pro dan kontra soal itu. Yang pasti, fenomena alam itu bisa
dirasakan dalam 10 kejadian berikut ini. Dan yang pasti ini bukan
imajinasi belaka, sebab kita sudah mengalaminya.
- Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di
Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes.
Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak
area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang
merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh
lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih
awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah
terbakar.
- Situs purbakala cepat rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs
bersejarah, candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan
beberapa waktu silam. banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut
menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600 tahun di Thailand,
Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.
- Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak
orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan
melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es
telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es
meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.
- Satelit bergerak lebih cepat
Emisi karbon
dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang
angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan
jumah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian
atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan
mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana,
maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak
lebih cepat.
- Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk
hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga
lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi.
Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka
yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua
mahluk hidup termasuk manusia.
- Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan
gununges, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku.
Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga
menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api,
jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada
dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan
batuan.
- Keganjilan di Daerah Kutub
Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam
memunculkan ide bahwa pemanasan global terjadi lebih “heboh” di daerah
kutub.Riset di sekitar sumber airyang hilang tersebut memperlihatkan
kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.
- Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub
Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang lebih
rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam
pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es
kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya
peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding
dengan tanah di era purba.
- Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade
1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai,
berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini
telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global.
Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es
tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
- Peningkatan Kasus Alergi
Sering mengalami serangan
bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka salahkanlah
pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di
kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap
pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level
karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi
tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih
banyak serbuk sari.